Sabtu, 28 Desember 2013

Sang Sarjana Akutansi

Mas minta koran edisi 10 oktobernya dong. pinta seorang pemuda dengan perawakan sedang. kulit putih dengan kacamata yang menghiasi matanya yang coklat agak gelap.
“Berapa.”
“tiga ribu aja mas.”
“Nih uangnya.”
Jalan yang disusurinya selangkah demi selangkah menuju tempat berteduh. untuk meletakkan segala lelah dan pengapnya di hari itu. belum setengah dari koran yang dibelinya dibuka. mata yang tadinya gelap yang tertutup oleh kacamata kini berubah warna. gelap langit terkalahkan oleh cerah yang tampak dari mukanya.
“Yes ini dia yang aku cari dari bulan lalu.”
Batang kayu yang didudukinya belum panas. tapi dia sudah berpindah dari beskemnya dan berlari masuk gang.
”Hi don mau kemana buru-buru amat sih lho.”
“Ke warnet bisnis.”
“Bisnis apaan sih?.”
“Ini gue udha dapat lowongan jadi karyawan syaratnya mahir komputer dan bahasa asing dan gak lupa sarjana akutansi.”
”Wah yang udah enggak nganggur nihye. Loh kok pergi ya udah good luck ya Dony.”
Semangat dari sang teman membuat Dony merasa baru saja menelan 10 butir obat kuat penambah semangat. dalam hati Dony sangat yakin karena akutansi adalah makanan sehari-harinya di masa kuliah dulu. Tapi mendung di siang itu seolah-olah tak mau bekerja sama dengan Dony. tiba di tempat rental tempat itu kosong bagaikan rumah hantu tak berpenghuni. hanya suara ketikan dari Dony yang menimbulkan getaran didalam ruang tersebut. belum setengah dari proposalnya di ketik, tiba-tiba listrik down. butuh waktu tiga jam untuk menunggu listrik normal kembali, tapi belum memulai sekata pun Dony telah disiksa dengan bujukan si pemilik rental
”mas maafya tapi tadi bokap saya nelfon katanya nenek saya meninggal jadi kepaksa tutup.“ mas nga usah bayar deh.” bujuk pemilik rental komputer tersebut.
Bagai romi dan juliet Dony bersanding dengan mendung muka Dony dan mendung disiang itu. sama-sama tak bergairah langkah demi langkah Dony seret kaki yang kaku karena putus asa.
“hei bro kok murung udah proposalnya.”
“Belum nih anton.”
“Senyum dong gue bantu deh gue punya data di plas disk gue.”
“Telat rentanya udah tutup.”
“Kan ada komputer paman gue.”
Kembali muka Dony ceria bagai hp yang baru saja di cash. Setelah masalah dengan proposal selesai semuanya di letakkan di atas meja. tapi celakanya dia terpikirkan tentang tes besok hingga harus tidur jam 11 malam.
pagi menjemput malam dari kekuasaannya. Dony yang bangun tersadar dengan jam yang di atas meja menunjukkan 9:00 . tampa pikir panjang proposal di rengguk diatas meja serta barang penting yang ada di sekitarnya. terburu-buru membuat Dony melewati pagi itu tampa mandi. segera menuju halte yang tak jauh dari rumahnya. tapi angkot dan metro mini tak kunjung datang. jam tua yang menghiasi tangan Dony menunjukkan 10:00 membuat Dony tambah cemas
“gara-gara sopir pada demo kita terlantar yo mas.”
“iyo mbo kenapasih harus mogok gara-gara trayek.”
Perbincangan sepasang kekasih dekat Dony membuatnya lemas dan tak bersemangat untuk esok. “kalo gini gue harus naik taksi.” gumamnya dalam hati kembali cemas menemani Dony menunggu taksi, ajaib belum lima menit seorang supir bertanya seolah tahu apa yang di dambakan Dony lima menit lalu.
“Mas mau kemana.?”
“jalan proklamasi bang.”
”ya sudah ayo naik.” tawar sopir taksi
Tapi kali ini sopir taksi itupun tak mau mengantar Dony ketempat tujuan dia dipaksa turun oleh macet yang di akibatkan oleh pendemo.
“berapa bang.?”
“20.000 aja mas.”
Dony yang merogoh seisi kantong celana dan bajunya hanya menemukan nokia 1212 saja. ”jam mas juga bisa.” sebuah kaliamat penyiksa batin tedengung telinga Dony. jam pemberian sang ayah menjadi korban untuk bayar taksi. ini demi kerja kembali gumamnya dalam hati. semangat Dony belum surut juga pagi menjelang siang waktu itu. Tetapi langit merasa mual dan memuntahkan isinya. dengan cepat hujan mengguyur bumi. Dony berlari dari kekuasaan hujan kala siang itu. Dony berlari... berlari dan berlari tapi belum sempat berkata sepatah katapun closs telah mewarnai pintu penerimaaan pegawai.
”Mas mau daftarya tapi udah tutup nih.” tanya securiti pt.bakti.Tbk
“Astagfirullah kenapa begini?”
“Mas kalo mas punya 150.000 saya jamin mas lulus deh.”
“Tapi.... “
“Tenang !! saya jamin.”
“Ini ambil saja hp saya mas.” seolah tak puas dengan jam yang telah diberikan kepada sopir taksi, kali ini Dony memberi hp nokia 1212nya kepada securiti. munkin karena putus asa sudah berusaha sejauh ini tapi harus berhenti dengan angka nol. dengan mengorbankan hpnya untuk sogokan tentu Dony langsung akan mendapat panggilan
Seorang terlintas di hadapan Dony dan langsung memberikan map kepada seorang karyawan perusahaan yang gemuk dan di panggilnya ayah. tampa alasan yang jelas dia mendekati Dony dan memecah keheningan hujan yang sepi tampa sang kilat dan petir.
“Hei don apa kabar ?”
”Eh itu siapa kamu Alan ?”
”bokap!. tapi jujur gue juga gak mau masuk kerja disini gue gak lulus gara-gara akutansi nilai merah, komputerkan kamu yang ajarin dan sekarang baru kursus bahasa inggris.”
“jadi kamu gak yakin tapi kenapa daftar.”
“dipaksa bokap semua surat-surat dan ijazah diminta bokap kemarin ya udah gue kasih.”
seiring perbincangan mereka berjalan langit pun berhenti dari mual yang di deritanya. adzan tanda dzuhur menyelah pembicaraan mereka berdua. mereka bepisah dihari itu. tapi hal aneh tejadi kepada Dony, hari demi hari Dony tak mendapatkan panggilan dari perusahhaan. hingga dua minggu setelah hari itu Dony bertemu dengan Alan di halte yang sama dengan dua minggu yang lalu.
”hei lan apa kabar?“
“baik dong kenapa? Gue keterima di perusahaan kemaren.”
“tapi kan lho ga masu kreteria.”
“sabar bro ini indonesia dan siapa punya keluarga di perusahaan dia akan lebih berpeluang dibandingkkan mereka yang tidak, apalagi dikota gede dan besar seperti jakarta gini. Senyum Alan menutup perbincangan tampa makna dan mengandung sesal di pagi itu.
sadar tentang semua Dony hanya bisa pasrah dan melupakan koran edisi 10 oktober. dan memulai dengan edisi yang baru beserta jam dari sang ayah juga nokia 1212nya.



Maros 12 oktober 2007
FB (Takdir Mahmud)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar